Wednesday, July 15, 2009

[Catatan] Asyiknya Jadi Waitress!


Beberapa waktu lalu nggak kebayang deh untuk jadi waitress, seperti nggak kebayangnya bakal jadi pramugari alias ogah banget. Tetapi ketika kuliah di NZ ternyata menjadi waitress merupakan pekerjaan ‘idaman’ bagi kebanyakan mahasiswi. Berulangkali teman-teman menanyakan informasi lowongan kerja di restaurant yang dapat dilakukan di luar jam kuliah. Bukan mereka yang memang memerlukan dana tambahan, namun justru diantara mereka ada yang keturunan konglomerat terkenal di Indonesia. So what gituh???!! Saya termasuk yang perlu dana tambahan. Ya dana tambahan untuk ‘nge-bet’ di casino ;-p

Perbedaan saya dan Mr.Di
Beberapa bulan belakangan ini saya dan Mr.Di merupakan penikmat dunia kuliner. Memang nggak hanya kami masyarakat Indonesia yang menggemari dunia kuliner, apalagi wisata kuliner saat ini tengah hip banget! Yang membedakan kami dengan penggemar dunia kuliner lainnya (barangkali) adalah kami berdua adalah “pensiunan” waiter dan waitress. Selain itu kami memiliki background di dunia ini. Mr Di itu khan lulusan Food and Beverage dari akademi pariwisata dan perhotelan Jogjakarta, salah satu kota wisata yang gaungnya menembus penjuru dunia. Pengalaman bekerja di beberapa hospitality industry di Jakarta – Jogjakarta and Menado. Sedangkan saya, selain pernah bekerja di beberapa hotel di Jakarta, juga menjadi waitress – cashier and kitchenhand beberapa resto di Auckland. Secara seh yang terakhir cuma kuat beberapa hari !
Nah berdasarkan itu semua kami berdua pernah berdebat kecil mengenai pelayanan resto yang kami kunjungi. Antara lain : Disuatu resto kami memesan 2 pizza. Saya sudah wanti-wanti dengan sangat bahwa pizza yang kami pesan tidak diberi sosis atau daging asap, bahkan waitress-nya mengulang pesanan saya tersebut. Namun begitu pizza datang, ternyata ada sosisnya. Jelas saya menolak! Saya minta ganti, tetapi Mr Di terlihat ‘kasihan’ dengan waitress tersebut. Dia mengatakan bahwa waitress itu pasti diminta mengganti pizza tersebut dengan uangnya, dan saya mengatakan itu resiko pekerjaan yang harus dia tanggung karena seharusnya dia mengutamakan tamu pengunjung resto tersebut.
Saya katakan bahwa selama saya menjadi waitress di NZ pemilik resto atau manager resto selalu menekankan pelayanan dan menomor satu-kan tamu alias customer. Meja yang masih berantakan atau gelas yang masih kotor “tidak perlu diurusi” jika kita melihat pengunjung resto memerlukan bantuan kita. Berbeda dengan resto yang ada di Indonesia, tamu udah teriak-teriak kepedasan minta minum eh petugas resto malah “asyik” ngelap-ngelap meja yang nggak “berpenghuni”.
Demikian pula dalam keteraturan penyediaan makanan. Seringkali daku mau ngakak kalau pesan sop atau makanan pembuka dengan main menu tetapi yang dihidangkan terlebih dahulu adalah makanan utama kemudian soup atau makanan pembuka-nya muncul beberapa menit setelah kita melahap makanan utamanya. Selain itu beberapa kali saya makan di resto yang menghidangkan makanan utama (lauk) tetapi nasi-nya nggak dihidangkan beberapa lama. Kalau di rumah makan yang tidak menambah ‘service tax’ pada harganya sih masih dimaklumi, tapi kalau itu terjadi di resto yang ‘berstandard’ dan menerima waitress-nya dengan syarat minimal D3 Perhotelan/Pariwisata???? Duuuuhhh....nilai ‘Table Manner’-nya apa seh waktu kuliah? Tapiiiii barangkali memang ini kebiasaan makan para pengunjung resto-nya juga ya? Kalau di hotel berbintang sih memang sudah terstandard, sehingga saya tidak perlu melongo dihidangkan ice cream atau tiramisu berbarengan dengan chicken soup...hehehe....

Resto Tempat Saya Bekerja
Kembali lagi mengenai resto tempat saya bekerja menjadi waitress.
Pertama kali saya bekerja di Istana Malaysian Restaurant. Masih culun banget deh! Sok pede! Waktu itu ngegampangin banget kerja jadi waitress...hehehe...Lah padahal ‘dresscode’ aja salah. Saya pernah datang ke tempat kerja memakai kaos tanpa kerah. Khan ketika itu manager-nya mengatakan bahwa pakaian yang harus dikenakan adalah atasan hitam dan bawahan hitam. Eh saya pakai saja kaos Esprit putih. Kena teguran, tapi yang menegur salah satu karyawati Indonesia yang sudah lama bekerja disana. Deeeuuuh, gak peduli tuh kaos merek-nya Esprit asli beli langsung di butiknya tapi tetap aja
Restaurant ke-2 adalah Kampung Baru Halal Malaysian Restaurant. Disini saya bekerja paling lama. Banyak hal yang saya pelajari di restaurant ini, dan tentunya banyak pengalaman yang saya dapatkan. Dahulu resto ini merupakan satu-satunya resto yang memiliki sertifikat halal untuk makanannya. Kalau minuman sih masih menyediakan wine, lengkap dengan minibar-nya. Tugas membuatkan minum adalah Tugas Hiromi, sesama waitress asal Jepang. Sebagaimana lazim-nya wanita dewasa Jepang Hiromi sangat mengerti seluk beluk minuman beralkohol. Sedangkan jika ada tamu asal Malaysia yang memesan ‘Teh Tarik’ maka kami berdua langsung “tuding2an” untuk membuatkannya. Hahaha....berhubung kami berdua bukan berasal dari Malaysia – jadi kurang mengerti proporsi pembuatan ‘Teh Tarik’ yang pas mantap.
Restaurant kami seringkali dikunjungi oleh crew Malaysian Airlines dan Singapore Airlines. Weeeeleeeh....mereka yang terbiasa melayani kali ini justru kami yang melayani. Kalau crew SQ sangat mengerti kami, terutama pramugara-nya yang berbaik hati membantu saya yang kewalahan makanan hotplate yang masih meletup-letup. Bahkan mereka pernah membantu saya mengatur meja dan kursi karena mereka datang berombongan tanpa revervasi terlebih dahulu. Saya-pun dengan halus tidak memperkenankan mereka mengangkat2 kursi walau badan mereka tinggi besar dan kekar. Biar bagaimana-pun juga mereka adalah konsumen yang harus dilayani dengan baik. Konsumen adalah raja.
Saya juga pernah melayani mentri dari Malaysia. Sumpah dah, awalnya saya tidak mengerti jika beliau adalah mentri di negaranya, justru ketika staff dan manager saya berbincang – bincang dengannya dan kemudian mengatakannya kepada saya maka barulah saya mengerti bahwa beliau adalah petinggi di Malaysia. Tetapi tetap saja saya melayani-nya seperti konsumen lainnya. Manager resto yang India Malaysia adalah orang yang adil dalam memperlakukan orang lain, walaupun orang yang belum mengenalnya pasti menganggapnya galak.
[Bersambung........]
Next Story : Kedatangan Deputy Prime Ministry NZ, Delegasi Thomas dan Uber Cup Malaysia dan rombongan crew wisata station TV Indonesia.

No comments: