Saturday, December 5, 2009

Dapur Sunda MOI Kelapa Gading


Hari tiba arisan dollar tanggal 22 Okt. 09. Kali ini di Mall Of Indonesia Kelapa Gading, tepatnya Dapur Sunda. Hhhmmmm,padahal baru beberapa hari sebelumnya saya bilang ke Dian bahwa saya merindukan gurame-nya Dapur Sunda. Sudah lama saya tidak mengunjungi Dapur Sunda, dahulu saat masih kuliah kami sering makan di Dapur Sunda Jln Cipete, awal berdirinya Dapur Sunda – dari masih secuprit sampai sekarang yang sudah diperluas. Pernah sekali ke Dapur Sunda di Pancoran serta ke Dapur Sunda yang di dekat La Piazza Kelapa Gading – sepertinya terakhir kali saat rapat bersama Wawan dan Ratno, seksi Danus-nya FLP.
Bingung juga nemuin letak Dapur Sunda di MOI, lantaran MOI yang luasnya membingungkan. Kami masuk dari Lobby 3, dan janjian untuk dijemput juga di Pintu Lobby 3, tetapi ternyata Dapur Sunda terletak di lantai 1 tepat diatas Lobby 1.
Kali ini saya mau minuman sesuatu yang lain, walau di akhir makan saya tetap memesan es teh tawar, kali ini minuman yang saya pesan adalah Es Kopi Si Iteung alias Iced Coffee Ice with Cocoa. Terdengar di telinga saya para ibu banyak memesan es bandrek dan bajigur...termasuk ibu saya yang memesan bajigur bertabur kelapa muda. Jadi inget di Bandung bulan lalu....
Tak lama pesanan mulai berdatangan ke meja kami. Pas di depan saya Gurame Goreng bertabur Kecap dan bumbu-bumbuan. Sedaaaappp.....Dapur Sunda memang unggul dalam Gurame-nya, karena memang dikembang biakkan secara normal alami, tanpa makanan dengan zat khusus yang dapat membuat para Gurame tersebut besar karena “dipaksakan”. Karena diberi makanan dan dibesarkan secara alami bertahun-tahun inilah yang membuat daging ikan gurame di Dapur Sunda terasa padat dan mantap. Untuk Gurame Goreng/Bakar harganya Rp 55.000 ++/porsi sedangkan Gurame Garang Asam dan Acar Goreng Gurame seharga Rp 65.000 ,-/porsi. Weelleeehhh,padahal dahulu saat saya sering makan di Dapur Sunda harga Gurame-nya masih berkisar Rp 20 ribuan loh....
Ibu Ida (Mertua dari salah satu Direktur Finance salah satu BUMN yang “teman” saya di komunitas penerbangan) dan Ibu Sujud (Yang ini mertua dari menteri dan ketua MPR zaman Presiden Soeharto dahulu) tiba – tiba menginginkan Soup Buntut. Saya ikutan aja mencicipi kuah Soup Buntut tersebut. Segaaarr......
DI Dapur Sunda MOI ini saya baru melihat waiter dan waitress-nya mengenakan sepatu roda untuk mengantarkan pesanan ke tiap meja, bahkan saya lihat salah satu waitress yang main sepatu roda-nya jago banget, meliuk – liuk sambil mendorong troli penuh makanan!!! Waaah...waaahhh...bekas atlet sepatu roda kali ya tuh si Mbak?! Apa untuk menjadi waiter dan waitress disini salah satu syaratnya harus mahir bersepatu roda? Dahulu sih salah satu kerabat ada yang mau melamar jadi waitress di Dapur Sunda Pancoran tetapi gak memenuhi syarat karena tidak diperkenankan memiliki mata minus. Soal sepatu roda sih sepertinya gak ada tuh...hehehe...Btw ibu saya sampai norak gituh ngelihatnya, beliau baru melihat waitress bersepatu roda jago di Bangkok Thailand, jadi langsung norak mau cerita ke kakak saya yang sudah sering keluar masuk restoran di berbagai penjuru dunia. Padahal seh setahu saya kakak saya itu pernah beberapa kali makan di Dapur Sunda MOI.
Yang saya belum lihat di Dapur Sunda MOI ini adalah makan gaya lesehan khas Sunda. Barangkali ada, tetapi saya tidak melihatnya di MOI karena ada beberapa bagian area restoran. Kalau di Cipete, Pancoran dan Kelapa Gading dekat La Piazza khan selalu ditanyakan,”Meja atau lesehan?” jika kita baru datang dan mencari tempat untuk makan....

Wednesday, November 25, 2009

Breakfast @ Kafe Kalosi


Tepat seminggu atau sarapan ke-8 di Kafe Kalosi Lantai 3 Hotel Santika Makassar. Dari kamar 508 saya setiap hari meluncur sendirian ke tempat breakfast tamu menginap Hotel berbintang 3 ini. “Tuan Rumah” selalu menolak jika diajak atau ditawarkan breakfast di kafe tersebut. Entah “paranoid” atau memang nggak terbiasa breakfast itu bukan urusan saya ;-p Yang jelas saya selalu mengingatkannya untuk breakfast dan hari Minggu saya meminta salah satu waitress untuk mengantar makanan ke kamar-nya.


Penerima tamu berbaju Bodo sampai mengetahui nama saya, dikarenakan saya diminta mengisi angket dan menyerahkan kepadanya. Sejak itu saya dipanggil dengan embel-embel nama. Hari ke-6 saya sempat duduk breakfast bareng Laode, teman si “Tuan Rumah”. Hanya sebentar, Laode hanya minum Orange Juice dan beberapa roti/kue. Sedangkan saya sempat memesan beberapa makanan.
Setelah diamati, setiap hari makanan breakfast yang tersedia di Kafe Kalosi senantiasa berganti. Nasi-nya berganti antara Nasi Goreng (dengan berbagai variasi), Nasi Goreng Vegie, Nasi Goreng Curry, dll. Demikian pula dengan Bihun Goreng, Kwetiau Goreng atau Mie Goreng. Ayam juga diolah dengan beragam bumbu.
Tentunya saya mencoba ‘Coto Makassar’ di hari ke-2. Racikan daging dan ati sapi. Kata istrinya Bu Rahman sih rasa ‘Coto Makassar’ di hotel tentu berbeda dengan “yang asli”-nya, tetapi persepsi saya ‘Coto Makassar’ itu penuh dengan jeroan, jadi saya tidak berminat untuk mencoba “aslinya”.Yang di hotel-pun saya sudah wanti – wanti ke chef-nya agar hanya memberi daging dan hati sapi, tanpa jerohan lainnya. Kalau tidak salah saya ditawarkan jantung pula.
Ada menu khas daerah Sulawesi Selatan lain di Kafe Kalosi yang saya coba, yakni Barobbo yang menurut ‘juru racik’-nya merupakan makanan khas Palopo. Saat diperinci bahan-bahannya saya langsung oke! Dalam bahan untuk membuatnya nggak ada ‘pantangan’ untuk saya makan.
Tiba saat-nya menyantap Bubur Manado. Saya sempat 2x memesan Bubur Manado. Itu-pun setelah yakin dengan bahan yang mereka pakai, dengan pesan kepada juru masaknya,”Tolong sayur-nya sedikit aja yaaa…”. Setelah mencoba…ternyata segar juga Bubur Manado. Hahaha…baru ngerti nih! Secara daku suka masakan Manado sejak dulu, tapi semenjak rumah makan Manado langganan saya tutup, jadi saya sampai lamaaaa,bertahun-tahun tidak pernah makan masakan Manado. Soalnya harus “selektif” kalau makan masakan Manado di sembarang tempat. Hingga akhirnya tahun ini saya kembali gemar menyantap masakan Manado karena “pengaruh” Mr.Di yang beberapa tahun kerja di Manado. Sedangkan buburnya baru saja saya coba. Hhmmmm…tapi sepertinya masih sedapan bikinan istri kesekiannya anak pejabat tinggi Negara ini deh. Hihihi…udah ah,gak usah ngomongin orang!
Makanan khas daerah lainnya yang saya nikmati di Kafe Kalosi ini adalah : Nasi Bogana, Nasi Langi Jogjakarta dan....hmmm apa lagi ya? Pisang goreng juga gituh....
Saya sangat menikmati 9x breakfast di Hotel Santika Makassar ini....”kasihan” juga deh si “Tuan Rumah” ( Ardian Yunianto )yang entah mengapa gak mau breakfast di kafe langsung...itu yang dia mau sih!

Wednesday, November 11, 2009

KosiCozy Karebosi Food Station , Makassar


Sejak hari Sabtu saya sudah melihat billboard KosiCozy Food Station di Jalan A.Yani Makassar. Jika kita melintas di jalan depannya tak tampak bangunan pertokoan/mall. Hanya tampak lapangan Karebosi yang dikelilingi oleh seng pembatas jalan – tanda masih ada pembangunan pada bangunan tersebut. Mr Ardian Yunianto bilang menurut informasi dibawah lapangan tersebut ada mall-nya.Btw disekitar sini Mbak Rita dilahirkan,kata Mbak Rita,beliau lahir disekitar Karebosi ;-D
Penasaran juga nih, mumpung berada di Makassar dan sekalian ke Lion Air Office (untuk mengurus tiket ke Jakarta) yang terletak diseberangnya saya langsung meluncur ke mall bawah tanah – sambil menanti listrik Lion Air Office menyala. Masuk-lah saya dari salah satu pintu Karabosi Link, The Business Hub of Makassar. Langsung menuju KosiCozy Food Station. Begitu masuk disisi kiri tampak beberapa banner dan meja kasir ala resepsionist. Ternyata system yang digunakan oleh KosiCozy Food Station adalah beli makanan di setiap counter dengan menggunakan kartu isi ulang. KCFC merupakan tempat makan (jenis food court) perrtama di Makassar yang pembayarannya menggunakan prepaid card. Konsep seperti ini sudah kerap kali ada di Jakarta, seperti di Senayan City atau di beberapa mall di Kelapa Gading. Bedanya di KCFC konsumen wajib memberikan jaminan uang kartu ke kasir sebesar @ Rp 15.000 ,-. Buat saya sih agak memberatkan karena saya nggak berdomisili di Makassar dan koleksi pernak-pernik dari tempat yang pernah saya kunjungi. Pernak-perniknya termasuk kartu tersebut. Kenapa nggak dibuat persyaratan bebas uang kartu untuk pembelian minimal Rp 50.000,-??? Dan dana yang tersimpan di kartu berlaku selama 3 bulan, berarti sebelum Februari 2010 saya harus balik ke Makassar….hehehe…untuk ngabisin dana pada kartu.
Ketika saya kesana waktu menunjukkan pukul 2 siang. Tidak terlalu ramai. Counter yang terdapat di KCFC antara lain : Singapore Taste, Indonesia & Seafood, Chinese food, makanan Peranakan, Malaysia & Thai Food, Juice & Drink, serta diantara itu semua terdapat TEXAS Fried Chicken yang sepertinya merupakan satu-satunya stand yang dapat menggunakan uang cash. Saya-pun membeli Ice Lemon Tea dengan Rp 7000 ,- pakai kartu bayar dan Rp 1500,- cash. Dicampur sambil menghabiskan dana di kartu yang sudah terbeli.
Counter makanan tersebut tidak menjual minuman, selain Texas. Counter ‘Juice & Drink’ menyediakan khusus beverage, serta ada pula counter dessert di pojokan. Untuk makanan kali ini saya mencoba dari counter Singapore, Prawn Noodle (tanpa Kang Kung). Sayang banget, counter ini tidak menyediakan Laksa Prawn Singapore. Terus terang, mereka mengolah masakannya “kurang berani” terhadap bumbu, padahal aneka bumbu telah mereka ‘cemplungkan’ ke dalam masakan.

Begitu makanan habis, saya melenggang ke Texas dan membeli Ice Lemon Tea yang saya katakan sebelumnya. Tak lama karena saya harus mengecek kantor Lion Air yang tadi mati listriknya….
*Foto koleksi Anna R.Nawaning S

Thursday, November 5, 2009

Breakfast @ Hotel Santika Makassar


Breakfast hari ke-2 di Makassar. Kalau kemarin saya breakfast minta diantar ke kamar, maka kali ini saya langsung ke lantai 3 (Kafe Kalosi) Hotel Santika Makassar. Pertama saya langsung menuju ke meja pembuat Omelet. Minta telor acak-acak dicampur keju and jamur. Mbak yang masak-nya sempat melongo dulu dan meyakinkan diri dengan bertanya,”Omelet?” (Ya eyalah,Mbak…mosoq saya pesan Serabi disini sih?!)
Sambil menanti si ‘telor acak acak’ saya menuju ke buffet. Ambil Nasi Goreng, Su’un Goreng, en Ikan Goreng…dah enough!
Cari tempat duduk di pojokan dan memandang ke jalan…Saat menikmati breakfast kok sempat-sempatnya handphone bunyi mulu! Oh ya, setelah memilih meja saya langsung ke menu traditional daerahnya. Ingat tulisan-nya Hermawan Kartajaya di blog beliau, yang judulnya : Nasi Ayam dan Tahu Gimbal di Santika Premiere Semarang.
Pesan ‘Coto Makassar’ en selain itu ada juga menu traditional khas daerah tersebut plus Bubur Manado. Sebenarnya pengen juga nyicip Bubur Manado, tetapi …nanti-nanti aja deh, selain khawatir kekenyangan dan justru gak bisa menikmati – sekarang khan lagi di Makassar, bukan di Manado. Nanti aja nyoba-nya, andai masih bisa tertampung.
Minuman yang saya ambil kali ini adalah Fresh Milk dan Orange Juice. Sedangkan Teh Hangat dibawakan langsung oleh waitress-nya yang dengan pede-nya memberikan saya minuman tersebut. Emang-nya gak ada tampang apa kalau saya doyan banget yang namanya kopi!?

Ini tempat pas banget tempat yang saya ambil pas breakfast pagi ini.Kenapa saya bisa breakfast di sini gak perlu diperjelas ya,krn orangnya gak mau diekspos ;-p

Wednesday, September 30, 2009

Dinner @ SANDS : Ini Jakarta or HK sih?? ;-D


Menjadi salah satu pemenang Santap Lezat Detikfood ke-25 saya mendapatkan voucher @ Rp 200.000 ,- di Sands Dining Theater yang berdasarkan beritanya sebagai The Biggest One Stop Entertainment in Asia with A True World Class Entertainment Experience.
Sehari kepulangan dari Bandung, saya dan Rahyudhy menggunakan voucher tersebut. Dinner tertanggal 28 September 2009...huks bertepatan dengan ulang tahunnya seseorang yang pernah sangat dekat dengan saya!
Ba’da Maghrib sampailah kami di Mangga Dua Square. Kami berdua telah memiliki bayangan lokasi Sands Dining Theater sebelumnya karena kami pernah berada di lokasi ini saat mengikuti seminar Financial Revolution-nya Tung Desem Waringin. Bahkan menurut Rahyudhy para peserta seminar yang mengambil paket makan bersama TDW makan-nya di salah satu bagian dari SANDS. Kami berdua masuk melalui lift yang menuju ke area seminar, jadi petugas security mempersilakan kami masuk melalui ruangan gelap yang biasa digunakkan untuk di-booking resepsi pernikahan. Gelap, tetapi telah tersusun pelaminan dan roundtable para tamu pernikahan international. Setelah melewati ruangan tersebut barulah kami mendapatkan area Sands Dining Theater yang terang benderang. Lagi – lagi harus melewati security lengkap dengan alat detektor plus pintu keamanan ala bandara. Untungnya sih pandangan petugasnya sekedar curiga bahwa kami gak mampu bayar makan disini, bukan pandangan kecurigaan bahwa kami membawa bom...hehehe...secara gituh cowok yang kali ini jalan sama saya cuma mengenakan kaos oblong putih dan celana jeans.And jilbab yang saya pakai saat itu juga jilbab murahan. Gimana yeee, soalnya Louis Vuitton, Hermes, Manolo Blahnik or Giorgio Armani belum pada mengeluarkan rancangan jilbab seharga mobil Xenia or AtoZ baru seh. Heraaan, barang yang diinjak-injak or dibanting-banting di bagasi ajah bisa seharga itu, gimana harga barang yang anggun meliliti kepala kita ya?!
Waitress berpakaian rapih dengan keramahan khas industri hospitality menyambut kami begitu kami masuk ke lobby yang seluruhnya berkarpet persia megah. Disisi kanan terdapat ruang tunggu standard hotel berbintang dan terpampang aneka artis yang sepertinya pernah show disini, diantaranya Delon, AB3, Duo Maia, Idol Divo – bahkan beberapa artis dari negeri Asia lainnya. Sedangkan kami diantar menuju meja restaurant diseberang ruang tunggu. Di lokasi tersebut ada juga karaoke, spa dan beberapa tempat hiburan.
Kami dipersilakan duduk di kursi yang mejanya segede gambreng....too big untuk kita yang datang hanya berdua. Berhadapan dengan stage yang juga besar. Bertepatan kami datang, live musik mulai dimainkan seakan menyambut kami berdua...hehehe. Lagu berbahasa Mandarin berkumandang dinyanyikan oleh penyanyi berwajah Asia Timur lengkap dengan dancer berbusana seperti yang kita saksikan di film-film silat China. Ini memang restaurant theater Oriental Klasik terbesar di Indonesia.
Berdasarkan informasi restaurant ini menyajikan ratusan aneka masakan, tetapi begitu melihat menu-nya saya berpendapat menu yang dihidangkan tidak sebanyak menu di restaurant yang pernah saya singgahi sebelumnya. Saya yang membayangkan harga makanan di SANDS yang tinggi ternyata menarik nafas lega begitu melihat daftar harga-nya, masih lebih tinggi restaurant yang menjadi langganan keluarga saya ketika ayah saya masih ada.
Tetapi hal tersebut nggak membuat kami berdua dapat cepat memesan makanan. Perdebatan antara saya dan Rahyudhy memilih menu makanan cukup alot...apalagi Rahyudhy pantang makanan pedas, sementara saya sangat menyukai bumbu Thai yang mayoritas pedas. Waiter yang mengambil order kami dengan sabar menjelaskan dan dengan fleksibel membantu kami yang kerepotan memilih menu. Karena melihat jilbab yang saya kenakan waiter tersebut juga mengingatkan ‘special request’ bagi saya, karena restaurant ini menyediakan aneka menu dari Babi!!! Huaaa....untunglah saya mengenakan jilbab, sehingga waiter dan petugas dapur dapat mengatur olahan makanan yang akan saya makan.
Mie Hongkong Tumis Kering Seafood, Nasi Goreng dengan Ayam dan Ikan, Ayam Goreng Cabe Kering Pedas telah membuat kami merasa lebih dari cukup, sehingga awalnya kami yang ingin order desert tidak jadi memesan desert. Minumnya kami hanya Es Teh Tawar seharga @ Rp 8,000 ++. Sebenarnya harga juice tidak terlalu mahal, hanya @ Rp 20.000 ,- ++ namun saya bukan orang yang senang menikmati makanan sekaligus minuman secara bersamaan. Pesanan kami semua harus dibayar Rp 205.600 ,-. Jadi saya hanya mengeluarkan uang Rp 6,000 ,-, Rp 200,000 ,- -nya khan pakai voucher.
Kesan makan di SANDS laksana tidak berada di Indonesia, kecuali melihat waiter dan waitress-nya yang berwajah Indonesia asli dengan ramah membantu kami – sedangkan pengunjung lain berwajah Asia Timur, live hiburan yang disajikannya juga berbahasa Mandarin, harga makanan tidak terlampau mahal untuk ukuran penikmat kuliner kelas restaurant (Asal jangan ngebandingin dengan warteg!), bandingkan saja dengan restaurant dengan desain interior dan pelayanan yang selevel dengan SANDS. Rasa nasi goreng-nya mirip nasi goreng yang biasanya saya pesan di kedai makan China jika saya di NZ – barangkali khas canton dan szechuan Sayangnya restaurant ini menyediakan aneka menu babi sehingga menghambat muslim dan muslimah Sastra China atau pelajar Mandarin yang ingin menikmati hiburan lagu-lagu berbahasa Mandarin.
Info tidak penting lainnya, waktu saya memperhatikan Rahyudhy yang sedang makan menggunakan sumpit, saya sempat nyeletuk :”Dhy, gue perhati’in loe mirip sama salah satu personel F4 deh...”.Sudah dapat dipastikan doski cengar cengir tambah narsis....

Tuesday, September 29, 2009

Culinary Adventure I (September 2009)

F ‘n B Adventure merupakan mini artikel saat saya – Anna R.Nawaning S – berkunjung ke suatu tempat untuk makan dan/atau minum di tempat tersebut.


Den Haag Cafe – Hotel Salak Bogor
Cafe yang berada di dalam area Hotel Salak Bogor ini memiliki tempat yang nyaman. Seakan kita berada di teras taman yang indah, teduh tetumbuhan dan ada gemericik air, karena lokasinya tidak jauh dari kolam renang.
Menyajikan aneka cemilan asal Belanda, seperti poffertjes, klapertart, panekoek serta ada pula macaroni schotel dan mie bakso. Harganya lumayan terjangkau bagi kalangan menengah. Pada saat Anna berkunjung kesini harganya masih dibawah Rp 10.000 ,- untuk cemilan – cemilan tersebut dan Rp 10.000 ,- untuk semangkuk mie bakso.
Rasanya kita tak akan tega menyalahkan hujan di kota Bogor yang menyebabkan banjir bila sedang menikmati cemilan Belanda dengan suasana hujan di cafe yang juga menyediakan free Wi Fi. Seakan benar – benar merasa di Leiden atau Delft! Hehehe....selama Anna di Belanda justru nggak pernah menikmati suasana seperti ini di Den Haag karena pusat pemerintahan Belanda ini lebih terkesan modern dibandingkan 2 kota tempat Anna pernah berdiam.
(Anna berkunjung ke Den Haag Cafe (naik angkot dari Perumahan Taman Yasmin Bogor...hehehe) bersama Siti dan adiknya, tgl 6 Maret 07)

DJ’S Steak – Cibubur
Lokasi di Cibubur merupakan cabang yang ke – 9. Nuansa resto yang modern dan minimalis namun full colours membuat resto yang satu ini terkesan funky. Cocok untuk kita yang berjiwa muda.
Menu-nya : aneka steak dan spagehetty. Steak yang “biasa” harganya masih ada yang dibawah Rp 20.000 ,- loh.
Tanggal 19 Maret 07 Anna berkunjung ke DJ’S (naik Suzuki Aerio) bersama Sekar, Seno dan kedua orang tuanya. Oh ya, beberapa artis juga sempat makan disini, bisa dilihat dari kanvas yang ditandatangani oleh orang beken di Indonesia. Sssstttt...Sekar sempat ngasih tahu ke Anna kalau grup ADA Band pernah makan disini! Hehehe...






Putput Restaurant, Setia Budi Building - Jakarta
Berkunjung ke Putput Restaurant di Setiabudi Building tanggal 15 Juni 2007 sepulang ngajar les murid – murid di Ciganjur. Om Ardian Yunianto yang saat itu botak mentraktir. Iiiih, benerannya gue serem banget ngelihat orang botak! ;-p Tetapi berhubung si Kodok ini mau ntraktir yang katanya sebagai hadiah ultahku....wuuiiiih asyiknya ulang tahun malah di traktir ;-D
Hari itu Anna dan Kodok memesan : Udang Mayonese, Lumpia Udang dan Tom Yum Gong. Judulnya menu kali ini full udang banget yak! Eh sama Mie Goreng.....
Minumnya Lemon Tea and Orange Juice. Total yang harus dibayar saat itu adalah Rp 162.800 ,-.....Si Om Ardian-laaah yang bayar. Khan kado ultahku....
Oh ya, saat itu kita makan malam alias dinner.
Anna sih cocok juga makan disini....secara menyediakan Thailand Food soale ....

30 Music Bar & Lounge – Hotel Le Meridien
Mampir ke 30 Music Bar & Lounge di Hotel Le Meridien Jakarta dikarenakan mendapat voucher dari website Female Radio sebagai pemenang kuis, atau lebih tepatnya karena resep yang Anna kirimkan menjadi salah satu resep terpilih di web ‘Letas’s Kitchen’.
Hanya menjelang beberapa hari penutupan tahun 2005 Anna, Bimo dan Gege datang ke Hotel Le Meridien. Sayangnya Gege yang justru mengantar kami dengan APV-nya justru tidak diizinkan masuk dikarenakan mengenakan sandal, bukan sepatu. Walhasil Gege menunggu di mobil. Whehehehe...berasa jadi sopir dong,Ge?! Tetapi Anna dan Bimo cukup tahu diri kok, kami memesan makanan take-out, untuk Gege. Menu yang kami pesan ‘standard’ alias nasi goreng ala 30 Music Bar & Lounge...hehehe....Tempatnya keren, area dugem tapi tertib. Antara resto dan tempat ‘ajeb2’nya terpisah. Bimo yang sempat masuk dan berfoto-foto di area entertainment-nya, sedangkan daku sibuk mengamati deretan minuman beralkohol yang disusun artistik. Anna jadikan latar untuk berfoto, dan beberapa teman selalu mengatakan bahwa Anna sedang berada di luar negeri jika menampilkan foto tersebut di avatar saat chatting. Yang jelas, daku tidak diperkenankan menyeruput minuman – minuman perpenampilan menggiurkan itu.


Nasi Uduk & Ayam Goreng MAS MISKUN
Saya baru datang ke ‘Mas Miskun’ yang berlokasi di Matraman Raya – Jakarta Timur. Makan di lokasi tersebut sudah berkali – kali...tetapi ya baru di lokasi Matraman aja,sedangkan ‘Mas Miskun’ berada di lokasi. Lokasi – lokasi tersebut, yaitu di Kramat Raya, 2 di Percetakan Negara (salah satunya berupa warung tenda kaki lima) – ketiganya berada di wilayah Jakarta Pusat serta di Raya Puncak Cipayung dan Jln Raya Wangun arah Tajur yang berlokasi di wilayah Bogor.
Kuota tempat makan ini adalah : Rasa Restoran Harga Kaku Lima. Memang relatif murah sih harganya. Pertengahan September 2009 saya sempat mampir ke ‘Mas Miskun’ di Matraman, sendiri saya memesan Nasi Uduk, Ayam Goreng Dada, Hati Ayam, Sup Gurame, Es Lemon Tea dan Es Teh Tawar. Untuk itu semua berikut sambal berbagai jenis yang boleh saya ambil sepuasnya, saya hanya membayar Rp 25.800 ,-. Konsumen memang dibolehkan mengambil berbagai jenis sambal (diantaranya sambel tomat, sambel terasi, sambel kacang, sambel kecap) plus lalapan sepuasnya dengan gratis. Saya sih belum pernah dengar ada konsumen yang nekad melahap sambal sepuasnya dengan sekaligus membawa sambal tersebut dengan cobek besar-nya ke meja mereka ;-D Anda berminat mencoba?? Sebaiknya hal ini tidak Anda lakukan....
Publikasi atau public relation pemilik tempat makan ini termasuk maksimal, diantaranya dengan memajang aneka foto atau kliping ‘Mas Miskun’ saat mereka diliput oleh median baik cetak dan elektronik. Serta tak luput, aneka foto seleb/orang terkenal yang pernah makan di salah satu cabang ‘Mas Miskun’ atau di tempat lain ketika seleb tersebut berfoto dengan ibu pemilik tempat makan ‘Mas Miskun’. Pokoke, yang di Matraman dindingnya full dengan foto seleb serta ibu pemiliknya.
Yang saya sukai dari tempat makan ini adalah : Sup Gurame....Seeegeeeerr, walaupun terkesan ‘nggak ada isinya’. Harganya cuma Rp 7000 ,-!

Tuesday, August 25, 2009

Menang SL Berhadiah Detikfood ke-25

Sebulan terakhir ini saya merasakan begitu berharganya waktu. Semenjak menjadi bagian dari team salah satu perusahaan riset yang berkantor pusat Indonesia di Menara Jamsostek, pekerjaan membuat saya sulit browsing internet sekalipun hanya melongok email. Di kantor sih ada sambungan internet, tapi alangkah sulitnya mencuri waktu sekedar mengecek email. Hingga tanggal 25 Agustus 2009 – hari ke-4 puasa saya melihat satu email di spam folder Yahoo dengan subject : Selamat Andalah Pemenang SL Berhadiah Detikfood ke-25.
Alhamdulillah….Isi email tersebut sebagai berikut :

Dear detikfooders,
Sebelumnya kami ingin mengucapkan terima kasih atas partisipasinya dalam mengikuti program Santap Lezat Berhadiah Detikfood periode 25. Sesuai janji kami, hari ini kami telah mengumumkan para pemenang dengan tulisan terbaik dan Andalah salah satunya.

Mereka yang beruntung kali ini berhak mendapatkan voucher makan siang senilai @ Rp 200.000,00 persembahan SANDS Ballroom & Dining Theatre Jakarta.

Hadiah akan segera kami kirimkan via pos bagi mereka yang telah melakukan konfirmasi berupa pengiriman identitas diri KTP/SIM/PASPORT ke nomor fax berikut : 021-****** up: devita atau mengirimkan scan KTP/SIM/Pasport Anda ke : d*****@email.com. Jangan lupa untuk mencantumkan alamat rumah/kantor untuk pengiriman hadiah.
Konfirmasi identitas diri dan alamat pengiriman hadiah paling lambat kami terima hingga batas akhir yaitu hari Senin, 31 Agustus 2009. Setelahnya hadiah akan kami anggap hangus dengan sendirinya dan keputusan ini tidak dapat diganggu gugat.

Atas perhatiannya dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih dan harap maklum...

Salam,
Devita Sari - www.detikfood.com

- Detikfood Communities -




Tulisan yang bikin saya menang : KLIK
Pengumuman resmi di website Detikfood : KLIK

Tuesday, July 21, 2009

Nostalgia Kuliner Negeri Kincir


Isra Mi’raj Holiday (20 July 2009) kami plesiran ke Cikarang Lippo, mengunjungi salah satu brand awareness perumahan tersebut, yakni Waterboom Lippo Cikarang. Laporan perjalanan kesana saya tulis di blog ‘Cinta Wisata Kita’ , dan disini saya akan menulis tentang kuliner yang kami nikmati di Cikarang.

Seusai bermain air yang membuat panggilan perut berteriak – teriak kami mampir Hema Dutch Resto. Selain Mbak Nana dan Owien yang sejak kemarin seperti orang ngidam ingin kesini, Ibu saya juga sudah memiliki menu andalan yang berbahan kentang dihaluskan, diberi daging asap serta disiram dengan mayonaise – makanan khas Belanda yang sepertinya justru nggak pernah ibu nikmati ketika beliau tinggal di Belanda menemani kakak saya yang saat itu kuliah di Tilburg.
Saya termasuk penggemar cemilan Belanda, khususnya Patat met Mayonaise dan Poffertjes. Minuman Belanda yang saya sukai sulit ditemukan di Indonesia. Tetapi saya justru tidak memesan kedua cemilan tersebut. Yang memesan Patat met Mayo adalah Arum, sedangkan Poffertjes dipesan oleh Mbak Lien. Sedangkan saya??? Hema Rice yang lebih mirip dengan rice Chicken Katsu plus vegie dan juga Macaroni Schotel – makanan pembuka yang justru dihidangkan setelah main menu-nya muncul...whehehehe....Deze is Holland Huis Eten maar nog in Cikarang toch! (Bener gak tuh mijn Nederlands, udah lama niet ber-holland spreken nih...;-D)

Resto didesain dengan interior khas Belanda – ada fireplace full klompen, kincir angin, pernak pernik blue Delft berikut poster keterangan Blue Delft serta poster Koningen van Holand dari zaman kumpeni (eh maksudnya dari zaman awal) ada “para Willem” hingga Ratu Beatrix. Bunga tulip juga menghiasa ruangan dan teras, bahkan para waitress menggunakan pakaian traditional Belanda yang biasanya para turis bisa berfoto mengenakan busana tersebut di Volendam. Nostalgia di Belanda banget dah saya! Justru Hema di Erasmus Huis tidak “sebelanda” disini. Sebelum di Hema Cikarang saya pernah makan malam di Hema Kemang Pratama yang juga berinterior khas Belanda, tetapi saya tidak ingat apakah Hema Kemang Pratama para waitress-nya juga mengenakan pakaian ala foto turis di Volendam. Makan di Hema Kemang Pratama juga sudah bertahun – tahun yang lalu, sejak zaman Belanda kaliiiii...;-p

Mayo yang disajikan di Hema agak berbeda dengan mayo botolan yang umumnya dibeli di supermarket Indonesia. Disini lebih mirip mayo yang sering saya makan di taman atau pinggir jalan/pasar Leiden, Delft atau Den Haag. Di Belanda saya nyaris makan patat met mayo setiap hari, dan jika kakak saya mengetahui-nya beliau pasti marah-marah karena saya melanggar “kode etik” makan sehat. Patat met mayo memang merupakan makanan “pinggir jalan” di Belanda, barangkali “gorengannya” para kumpeni? hehehe.....Saya pernah makan patat met mayo di sebuah taman di Delft, tiba – tiba seorang kakek menegur saya dengan gembira serasa supprise sambil berkata,”Heeeh, kamu anak Indonesia suka makan patat met mayo ya?! Ik ben naar Indonesie vertroken. Ik houd van Indonesie......bla bla bla....”. Padahal saya dan teman saya ketika itu sama sekali belum berkata bahwa kami berasal dari Indonesia. Eeehhhmmmm, mungkin raut wajah kami menunjukkan kecantikan khas putri keraton Solo atau putri Parahyangan....??? *huuuuu....

Tetapi memang salah satu hal yang membuat kakak saya sering marah jika saya melahap patat met mayo sebagai cemilan yaitu,”Memangnya kamu mau punya badan seperti orang-orang Belanda yang gedenya nyaris meledak dan kolestrol tidak terkontrol?!” Hihihihi...ya nggak seh.

Di HEMA juga menyediakan berbagai masakan Indonesia, dan yang pasti sudah disesuaikan dengan cita rasa Indonesia. Kalau nggak bisa kita curigai tuh, siapa tahu mereka bermaksud menjajah kembali...hihihihi, lebay loe! Tenaaaang...sekalipun kamu sama sekali tidak menyukai makanan asing, di HEMA kamu masih bisa menyantap Sop Buntut, Mie Goreng, Nasi Goreng. Kalau cuma mau nongkrong bareng teman dengan suasana khas Belanda, bisa sekalian ngemil Zuppa Soup, Huzaren Sla, Poffertjes, Kroket, Sandwiches dan aneka cemilan lain yang harganya lumayan terjangkau. Lagu Belanda yang diputar di resto tersebut juga bisa menambah suasana seperti di Belanda. Mereka memutar lagu Belanda. Mau ke Belanda dan perlu adaptasi dengan suasana khas Belanda, silakan kesini .... asalkan nggak nengok-nengok ke luar ruangan aja yaa,,,,;-D

Wednesday, July 15, 2009

[Catatan] Asyiknya Jadi Waitress!


Beberapa waktu lalu nggak kebayang deh untuk jadi waitress, seperti nggak kebayangnya bakal jadi pramugari alias ogah banget. Tetapi ketika kuliah di NZ ternyata menjadi waitress merupakan pekerjaan ‘idaman’ bagi kebanyakan mahasiswi. Berulangkali teman-teman menanyakan informasi lowongan kerja di restaurant yang dapat dilakukan di luar jam kuliah. Bukan mereka yang memang memerlukan dana tambahan, namun justru diantara mereka ada yang keturunan konglomerat terkenal di Indonesia. So what gituh???!! Saya termasuk yang perlu dana tambahan. Ya dana tambahan untuk ‘nge-bet’ di casino ;-p

Perbedaan saya dan Mr.Di
Beberapa bulan belakangan ini saya dan Mr.Di merupakan penikmat dunia kuliner. Memang nggak hanya kami masyarakat Indonesia yang menggemari dunia kuliner, apalagi wisata kuliner saat ini tengah hip banget! Yang membedakan kami dengan penggemar dunia kuliner lainnya (barangkali) adalah kami berdua adalah “pensiunan” waiter dan waitress. Selain itu kami memiliki background di dunia ini. Mr Di itu khan lulusan Food and Beverage dari akademi pariwisata dan perhotelan Jogjakarta, salah satu kota wisata yang gaungnya menembus penjuru dunia. Pengalaman bekerja di beberapa hospitality industry di Jakarta – Jogjakarta and Menado. Sedangkan saya, selain pernah bekerja di beberapa hotel di Jakarta, juga menjadi waitress – cashier and kitchenhand beberapa resto di Auckland. Secara seh yang terakhir cuma kuat beberapa hari !
Nah berdasarkan itu semua kami berdua pernah berdebat kecil mengenai pelayanan resto yang kami kunjungi. Antara lain : Disuatu resto kami memesan 2 pizza. Saya sudah wanti-wanti dengan sangat bahwa pizza yang kami pesan tidak diberi sosis atau daging asap, bahkan waitress-nya mengulang pesanan saya tersebut. Namun begitu pizza datang, ternyata ada sosisnya. Jelas saya menolak! Saya minta ganti, tetapi Mr Di terlihat ‘kasihan’ dengan waitress tersebut. Dia mengatakan bahwa waitress itu pasti diminta mengganti pizza tersebut dengan uangnya, dan saya mengatakan itu resiko pekerjaan yang harus dia tanggung karena seharusnya dia mengutamakan tamu pengunjung resto tersebut.
Saya katakan bahwa selama saya menjadi waitress di NZ pemilik resto atau manager resto selalu menekankan pelayanan dan menomor satu-kan tamu alias customer. Meja yang masih berantakan atau gelas yang masih kotor “tidak perlu diurusi” jika kita melihat pengunjung resto memerlukan bantuan kita. Berbeda dengan resto yang ada di Indonesia, tamu udah teriak-teriak kepedasan minta minum eh petugas resto malah “asyik” ngelap-ngelap meja yang nggak “berpenghuni”.
Demikian pula dalam keteraturan penyediaan makanan. Seringkali daku mau ngakak kalau pesan sop atau makanan pembuka dengan main menu tetapi yang dihidangkan terlebih dahulu adalah makanan utama kemudian soup atau makanan pembuka-nya muncul beberapa menit setelah kita melahap makanan utamanya. Selain itu beberapa kali saya makan di resto yang menghidangkan makanan utama (lauk) tetapi nasi-nya nggak dihidangkan beberapa lama. Kalau di rumah makan yang tidak menambah ‘service tax’ pada harganya sih masih dimaklumi, tapi kalau itu terjadi di resto yang ‘berstandard’ dan menerima waitress-nya dengan syarat minimal D3 Perhotelan/Pariwisata???? Duuuuhhh....nilai ‘Table Manner’-nya apa seh waktu kuliah? Tapiiiii barangkali memang ini kebiasaan makan para pengunjung resto-nya juga ya? Kalau di hotel berbintang sih memang sudah terstandard, sehingga saya tidak perlu melongo dihidangkan ice cream atau tiramisu berbarengan dengan chicken soup...hehehe....

Resto Tempat Saya Bekerja
Kembali lagi mengenai resto tempat saya bekerja menjadi waitress.
Pertama kali saya bekerja di Istana Malaysian Restaurant. Masih culun banget deh! Sok pede! Waktu itu ngegampangin banget kerja jadi waitress...hehehe...Lah padahal ‘dresscode’ aja salah. Saya pernah datang ke tempat kerja memakai kaos tanpa kerah. Khan ketika itu manager-nya mengatakan bahwa pakaian yang harus dikenakan adalah atasan hitam dan bawahan hitam. Eh saya pakai saja kaos Esprit putih. Kena teguran, tapi yang menegur salah satu karyawati Indonesia yang sudah lama bekerja disana. Deeeuuuh, gak peduli tuh kaos merek-nya Esprit asli beli langsung di butiknya tapi tetap aja
Restaurant ke-2 adalah Kampung Baru Halal Malaysian Restaurant. Disini saya bekerja paling lama. Banyak hal yang saya pelajari di restaurant ini, dan tentunya banyak pengalaman yang saya dapatkan. Dahulu resto ini merupakan satu-satunya resto yang memiliki sertifikat halal untuk makanannya. Kalau minuman sih masih menyediakan wine, lengkap dengan minibar-nya. Tugas membuatkan minum adalah Tugas Hiromi, sesama waitress asal Jepang. Sebagaimana lazim-nya wanita dewasa Jepang Hiromi sangat mengerti seluk beluk minuman beralkohol. Sedangkan jika ada tamu asal Malaysia yang memesan ‘Teh Tarik’ maka kami berdua langsung “tuding2an” untuk membuatkannya. Hahaha....berhubung kami berdua bukan berasal dari Malaysia – jadi kurang mengerti proporsi pembuatan ‘Teh Tarik’ yang pas mantap.
Restaurant kami seringkali dikunjungi oleh crew Malaysian Airlines dan Singapore Airlines. Weeeeleeeh....mereka yang terbiasa melayani kali ini justru kami yang melayani. Kalau crew SQ sangat mengerti kami, terutama pramugara-nya yang berbaik hati membantu saya yang kewalahan makanan hotplate yang masih meletup-letup. Bahkan mereka pernah membantu saya mengatur meja dan kursi karena mereka datang berombongan tanpa revervasi terlebih dahulu. Saya-pun dengan halus tidak memperkenankan mereka mengangkat2 kursi walau badan mereka tinggi besar dan kekar. Biar bagaimana-pun juga mereka adalah konsumen yang harus dilayani dengan baik. Konsumen adalah raja.
Saya juga pernah melayani mentri dari Malaysia. Sumpah dah, awalnya saya tidak mengerti jika beliau adalah mentri di negaranya, justru ketika staff dan manager saya berbincang – bincang dengannya dan kemudian mengatakannya kepada saya maka barulah saya mengerti bahwa beliau adalah petinggi di Malaysia. Tetapi tetap saja saya melayani-nya seperti konsumen lainnya. Manager resto yang India Malaysia adalah orang yang adil dalam memperlakukan orang lain, walaupun orang yang belum mengenalnya pasti menganggapnya galak.
[Bersambung........]
Next Story : Kedatangan Deputy Prime Ministry NZ, Delegasi Thomas dan Uber Cup Malaysia dan rombongan crew wisata station TV Indonesia.

Tuesday, July 7, 2009

[Vietnamese Restaurant] MY HANOI HOUSE


Dari sebulan sebelumnya Tante Vicke udah minta ke saya untuk mencari tempat untuk ibu – ibu arisan dollar berkumpul bulan Juni 2009. Sampai 10 hari waktu yang ditentukan saya masih bingung. Kebanyakan diantara mereka minta lokasi-nya diseputaran : Rawamangun – Kelapa Gading atau yang nggak terlalu jauh dari lokasi tersebut. Awalnya Tante Vicke rekomendasikan resto P yang udah bolak-balik kami kunjungin, makanya saya pikir lebih baik cari tempat yang kita belum pernah. Sekalian nyicip gituh, tujuan utamanya khan arisan – jadi kalau makanan kurang mantap kita gak akan seuring2an saat kelaparan beneran...hehehe..
Jam 10 saya dan nyokap sudah sampai di depan My Hanoi House La Piazza. Akhirnya saya memutuskan untuk memakai resto ini karena kangen makanan Vietnam yang merupakan salah satu makanan favorit saat di NZ. Karena resto belum buka, kami menunggu lebih dari ½ jam. Rata-rata resto disana buka mulai pukul 11 siang. Begitu pintu dibuka kami berdua langsung masuk ke resto tersebut, nggak peduli para petugasnya masih menata meja dan kursi.
Saya memesankan makanan untuk para ibu – ibu sepuh sebelum mereka muncul. Sebenarnya main menu disediakan untuk 1 orang berikut nasi putih, tetapi saya minta main menu-nya ditata di meja dan kami makannya share saja – masing2 diberi nasi putih. Saya informasikan tamu yang datang sekitar 15 orang.
Main menu yang saya pesan, antara lain : Fried Glass Noodle with Seafood (Mien Xao Do Bien) , Perfumed Rice in Claypot Chicken , Sauteed BASIL Chicken (Thit Ga Bam Xao La) , Sauteed Beef Vietnamse Style (Bo Luc Lac) , Deep Fried Young Tofu with Special Herbs Sauce (Oc.Dau Phu Ran Sot Giavi) dan beberapa makanan main menu lainnya. Minumnya???? Ibu – ibu arisan dollar itu khan paling kalap kalau lihat juice, apalagi juice yang racikannya macem – macem , jadinya mereka sih soal yang satu ini agak susah diaturnya ;-)
Untuk taste di resto ini mantap kok, tapi porsinya aku rasakan kurang banyak...hahaha...secara memang kita makan ramai-ramai. Barangkali kalau makannya sesuai dengan yang diatur oleh pihak resto, 1 menu dengan 1 nasi untuk 1 orang memang sudah pas banget. Yang disayangkan hanyalah waiter dan waitress yang melayani kami kurang gesit, atau barangkali bingung menghadapi ibu – ibu yang heboh banget. Maklum aja mereka adalah pensiunan ibu – ibu pejabat yang terbiasa dilayani secara sigap sehingga kalau ada yang sedikit kurang makanya mereka akan protes berat. Tetapi seharusnya memang kita yang muda harus lebih sigap dan cekatan daripada ibu – ibu itu khan?
Setelah makan-makan saya, ibu dan salah satu ibu arisan membayar (karena bulan lalu kami yang mendapat arisan) ke kasir. Lumayan murah, nggak sampai satu juta! Sewaktu – waktu saya berminat deh datang kesini bareng teman atau kalau mau ‘ngeramin’ sendirian juga asyik2 aja ;-D

Sunday, June 28, 2009

Gubug Makan Mang Engking



Cita Rasa Warisan Leluhur Negeri Parahyangan

Sepintas tawaran tempat makan ini seperti tempat makan Sunda lainnya. Menurut tawaran yang tertulis di brosur tempat makan ini : “Nikmati Cita Rasa Masakan Resep Warisan Leluhur Negeri Parahyangan dari Bahan Alami, Hidup, Segar dan Sehat, Sehingga Terjamin Kemurniannya dan Cocok, untuk Lidah Penikmat Rasa.”

Walaupun menyajikan masakan dengan resep warisan leluhur negeri Parahyangan, Gubug Makan Mang Engking justru tidak memiliki cabang di tanah Parahyangan aslinya. Pertama kali dibuka gubug makan ini berlokasi di Yogyakarta. Hingga sekarang telah membuka cabang/berlokasi di Ds.Jamur, Sindangrejo, Minggir – Sleman dan Soragan Castle – Bantul, keduanya di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain di 2 lokasi tersebut, telah dibuka cabang di Taman Rekreasi dan Edukasi Telaga Arwana Cibubur, Danau Salam Kampus UI Depok dan di Ds Bakalan, Duren Sewu, Pandaan – Jawa Timur.

Lokasi-nya memang tidak ada yang berada di Central Business Distric , namun jangan coba – coba datang tanpa reservasi apabila datang pada saat jam makan siang, khususnya pada saat akhir minggu atau hari libur Nasional. Bahkan cabang Taman Edukasi & Rekreasi Telaga Arwana Cibubur yang memiliki gubug utama berkapasitas 200 orang dan 5 gubug lesehan memberi catatan kepada pengunjung untuk menggunakan tempat maksimal 2 jam setelah kita tiba. Gubug makan Mang Engking memang menawarkan kenyamanan bagi keluarga, selain menyajikan menu yang beragam, pengunjung juga dapat menikmati suasana alam seperti di pedesaan. Pengunjung dapat makan sambil memberi makan ke ikan – ikan mas yang berada di empang bawah gubug. Lokasi Cibubur dan UI Depok juga terdapat pemancingan umum. Bahkan jika ingin bercocok tanam, outbond dan mengangon kerbau lokasi yang di Cibubur memfasilitasi-nya. Jadi sambil menunggu hidangan datang atau sambil antri untuk mendapatkan tempat (gubug ataua meja) kosong, maka kita dapat beraktifitas layaknya berada di pedesaan Parahyangan.

‘Gubug Mang Engking’ menyajikan menu andalan Udang Galah dan Ikan Gurame yang diolah secara khas. Juga menyediakan ‘Menu Paket untuk 6 Orang’ yang terdiri dari : Udang Bakar Madu, Udang Goreng, Udang Saus Tiram, Gurame Cobek, Gurame Bakar Kecap, Nasi Putih, Tumis Kangkung, Karedok, Lalapan, Sambel Terasi Dadak, Sambel Tomat. Harga paket tersebut adalah Rp 345.000 ,- tanpa minuman. Jika menambah 3 gelas Es Jeruk dan 3 gelas Es Teh Manis maka harganya menjadi Rp 345.000 ,-

Hingga tanggal 30 May 2009 saya sudah 4 kali menikmati lunch di sini, 2 x di Mang Engking UI Depok (terakhir bulan Maret 2009) dan 2 x di Gubug Mang Engking Cibubur (26 April 2009 saat Mbak Naning – kakak saya berulang tahun dan ulang tahun saya tanggal 27 May, tapi dirayakan tanggal 30 May bersama keluarga). Yang pasti saat ulang tahun tagihan yang diterima adalah diatas satu juta rupiah, karena saya memang booking untuk 25 orang.

(Anna R.Nawaning S – Proud to be Indonesian Food Lover.....) : Bahasa-nya bener gak yak?! ;-D

Tuesday, March 17, 2009

MIETHAI Setiabudi One, Setelah 4 Tahun Berlalu

[Thursday, 12 March 2009] Terima fee dari MarkPlus euuuyyyy! Mayaaaan, jumlahnya 6 digit. Begitu ambil fee di kantor MarkPlus yang sejejer dengan Mall Ambassador daku en Mr.Di mampir makan bakso paket sepuluh ribuan di Mister Bakso mal tersebut. Sekedar ‘ngeganjel’ perut yang sejak pagi belum aku isi dengan makanan. After that...kami ke Setiabudi Building. Nonton Passengers-nya Anne Hathaway amd [atrick Wilson.

Keluar dari theater 2 perut-ku mulai minta diisi lagi. Pilih-pilih resto yang berderet disana, kami-pun menentukan pilihan pada MIETHAI yang menyediakan aneka makanan Thailand.

Thailand food is one of my favorite food, tetapi makan di MIETHAI baru kedua kalinya aku lakukan. Disinilah awal kali aku menggunakan handphone CDMA...hehehe, karena ketika itu baru nerima dari Pak Ardian Yunianto yang kantornya berada di samping gedung tersebut. Setelah itu kami berdua makan di MIETHAI karena saat itu aku lagi pengen banget makanan Thailand. Entah kejadiannya gimana yang jelas ini resto merupakan awal daku makan bareng dengan Mr.Kodok ini (Pertama kali banget sih dinner di Donner Kebab Tunjungan Plaza Surabaya saat Idul Adha tahun 2005].Ngerti resto ini sih karena Tante Nani pernah berniat ntraktir aku disini, tapi sampai sekarang kami belum sempat luch bareng lagi!!!

Menurut Mr.Di yang terbiasa keluar masuk resto hotel berpendapat bahwa harga makanan di sini termasuk standard harga makanan hotel [termasuk dari segi kwalitas khan, Di? Btw hotel bintang berapa en dimana? Bukan hotel melati satu khan?]. Jawaban yang benar : hotel bintang satu di Jogja ;-D

Lantas kami memesan makanan masing – masing. Niatnya sih ingin share, tetapi berhubung daku ingin menikmati Tom Yum tanpa gangguan pihak lain, jadinya kami masing – masing pesannya.

Pakai perbandingan saat pertama kali daku kesini ya?!

Kunjungan Pertama :

Jumlah tamu 2 orang [Daku en Pak Ardian Yunianto]

Tanggal : 27 January 2005 , Jam : “Lunchtime” s/d 16:42 (Haaah, lunch or tea break neh??? Lama amat nongkrongnya? ;-p Gue baru nyadar sekarang.]

Foods :

Tom Yum Seafood @ Rp 39.545 ,-

Ayam Kemangi @ Rp 29.091 ,-

Kangkung Hotplate @ Rp 19.091 ,-

Cumi Panggang @ Rp 34.091 ,-

2 Steam Rice @ Rp 2.727 ,-

Semua makanan kami sharing. Jadi makan sama-sama deh, kecuali Kangkung Hotplate karena daku khan nggak terlalu suka. So pesenan ini merupakan ‘special request’ dari Mr. Kodok, sedangkan Tom Yum Seafood merupakan special request dari-ku.

Harga belum termasuk pajak, Harga berlaku pada saat itu.

Beverages :

[Anna] Lemon Tea @ Rp 9.091 ,- and Milk & Soda @ Rp 9.091 ,-

[Mr.Kodok] Lemon Squash @ Rp 9.091 ,-

Kunjungan Ke-2 :

Jumlah tamu 2 orang [Daku en Mr.Di....]

Tanggal : 12 Maret 2009 , Jam : “Dinnertime” s/d 20:58

Foods and Beverages :#

[Anna] Tom Yam Mie @ Rp 27.700 ,- , Nasi Goreng Balacan @ Rp 19.600 ,- and Ice Tea @ Rp 5000 ,-

[Mr.Di...] Steam Rice @ Rp 3900 ,-, Kakap Asam Manis @ Rp 31.500 ,- and Ice Lemon Squash @ Rp 13.500 ,- (Pesenan minuman Mr.Di and Mr.Kodok kok bisa sama yak? Padahal daku sama sekali tidak mempengaruhi mereka berdua loh...)

# Harga belum termasuk tax & service.

Menu di resto ini dilengkapi dengan bahasa Thailand, bahkan desain resto-nya juga khas Thailand – lengkap dengan foto “orang yang dihormati”. Ternyata (biar gak ada hubungannya) malam saat aku makan dengan Mr.Di, kakak pertamaku dan suaminya beserta Fajar, anak bungsunya bertolak dengan pesawat Garuda pukul 21.00 ke Bangkok Thailand. Tadi mereka cerita ke aku bahwa disana kenyang dengan Tom Yum...so daku bisa dapet bumbu Tom Yum asli dari Thailand....Alhamdulillah mudah-mudahan minggu ini daku bisa masak Tom Yum dengan udang yang ramai berkumpul di sana dan siap kulahap.

Sunday, March 15, 2009

Gumati Sentul - Bogor

Ini ketiga kalinya saya makan di Gumati Resto (9 March 2009), namun pertama kalinya berkunjung ke Gumati yang berlokasi di Sentul. Pertama kali makan menjelang malam di Gumati Bogor bersama Om Ardian Yunianto (12 Februari 2005...wuuuiii 4 taon yang lalu!), kedua kalinya bersama rombongan keluarga di bulan Juni 2005. Haaaah, ternyata sudah 4 tahun berlalu!
Terus terang kesan berkunjung ke Gumati Sentul ini kurang “baik”. Secara lokasi dan venue-nya emang bisa dikasih poin 5 dari scores 5, namun untuk service saya hanya memberi poin 1!!!
Bayangin ajah....begitu sampai lokasi hujan deras. Parkiran sih langsung dapat, tapi kita nggak kebagian meja dan petugas resto nggak ngebantu’in kami mencari meja. Kami menunggu di ruang tunggu/lobby disisi meja bilyard yang tanpa bola dan tongkat.
Mas Tunggal , Mas Yono dan Mbak Rita keliling mencari meja atau saung yang kosong, sementara aku, Sekar, Seno, Fajar. Mbak Wien dan Ibu menanti di ruang tunggu. Karena menunggu terlalu lama kami memesan terlebih dahulu....ah pokoknya pelayanannya nggak memuaskan. Bahkan boleh dikatakan kami tidak dilayani! Live music-nya kelewat gede suaranya sehingga menyulitkan kami berkomunikasi satu sama lain. Beberapa orang terlihat ngibrit menjauh keluar sambil menerima panggilan telepon dan menutup satu telinganya dengan tangan. Bayangin, begitu kami mendapatkan saung...kondisi basah (banjir malah!), aku dan Mbak Rita sampai mengepel dengan tissue tanpa dibantu oleh petugas resto tersebut.
Ayam Gumati yang kami pesan tidak datang. Setelah saya keliling mencari petugas yang bisa ditanya, ternyata dengan santainya dijawab,”Oh kalau nggak diantar berarti habis....” Tolong, lain kali di-inform kalau memang habis, sehingga nggak pada nunggu kelamaan.
Pisang goreng dan Bakso Tahu ala Gumati yang kami pesan juga tidak diantarkan....!! Ampuuun dah, pupus tuh suasana resto ini yang sebenarnya asyik dengan gaya laksana di Bali, lengkap dengan resort dan gallery-nya.
Berkunjung kembali ke Gumati Sentul??? Boleh-lah dicoba lagi, tetapi kalau pelayanan masih sama dengan kemarin....waaah, mendingan ........*speechless.

Tuesday, March 3, 2009

AH Resto, Hotel Formule 1 Cikini

Pulang ngasih laporan dari MarkPlus, aku menelpon Mr.Di yang sejak siang tadi bolak balik sms en miskol ke hape-ku, baik yang XL maupun Fren.

“Loe masih perlu gue dateng ke sana?” tanyaku mengingat hari telah sore. Dengan antusias Mr.Di menyambar,”Oh iya dong. Loe buruan kesini yaa...”

Saat sudah dihadapannya doski cuma cengar-cengir nggak ngerti harus ngapa’in. Deeeuuu...bilang aja loe kangen sama gue! ;-p

“Makan yuk, Di...” ajakku akhirnya. Yang kemudian dia jawab,”Boleh, asal jangan mahal – mahal ya.”

Yup! Emang gak mahal kok, tapi Mr.Di memilih salah satu cafe di Hotel Formule 1 Cikini! Alasannya,”Gue suka suasana tuh hotel, en suka banget sama kolam renangnya yang besar itu.”

Daku manggut – manggut aja karena memang berminat juga suatu saat stay overnight di hotel tersebut. En sekalian konfirmasi soal kolam renang hotel itu, zaman SMP untuk pengambilan nilai ujian renang guru-ku dari SMP Negeri 2 Jakarta senantiasa memilih kolam renang Cikini, dan sepengetahuanku hotel yang baru dibangun ini dahulunya adalah kolam renang tersebut. Kemungkinan kolam renangnya hanya direnovasi menjadi bagian hotel.

Begitu naik tangga di depan gedung Mr.Di langsung menunjukkanku kolam renang tersebut, ternyata perkiraanku benar. Kolam itu masih kolam ketika aku SMP, hanya direnovasi. Kami memandang kolam renang dari atas. Waduh jadi flashback nih,”Di, waktu gue SMP gue sudah “melihat” bahwa kolam ini jadi kolam renang hotel. Zaman gue SMP tuh temen-temen pada pakai baju renang yang model jadul en ada rok penutup pahanya tuh, sementara gue pakai swimsuit yang biasa dipakai samaq model majalah Popular yang benar-benar ngepas body en seksi abiiiss....”

Dengan jahilnya Mr.Di nyeletuk,”Loe pakai yang two piecies atau one piece?”

Yang langsung daku samber,”Sambleng loe, yang one piece gitu aja semua orang disini udah pada ngelihatin gue dengan takjubnya, Temen2 gue komentar katanya baju renang gue sih gak masalah kalau makainya di kolam renang hotel en bukan di kolam renang umum seperti waktu itu. Eeeehh...ternyata nih kolam renang beneran jadi kolam renang hotel. Gue bener2 nggak ngira....”

Malam itu, 24 Februari 2009 kami dinner di AH yang berada di lokasi hotel tersebut. Gak jadi di cafe yang diajukan Mr.Di karena cafe tersebut nggak menyediakan makanan berat, sementara daku udah kelaperan. Daku pesan Super Fried Rice and Sofdrink Cola, sedangkan Mr.Di memesan paket Nasi Ayam Rica – Rica plus telor ceplok dan es teh tawar-nya en tambahan dia pesan Root Beer. Pesanan Mr.Di lebih dahulu datang. Daku mencicipi Ayam Rica Rica yang sempat daku komentari “mirip ayam di gudeg,Di.”, sedangkan Mr.Di mengatakan bahwa Ayam Rica Rica-nya termasuk pedas seperti di Menado (Iye, die mah sempet 4 taon kerja di Menado jadi ngerti tingkat ketepatan rasa makanan khas daerah itu.)

Makanan ludes dalam sekejap. Kita masih asyik mengobrol, membahas hotel, restaurants dan ....masalah pribadi – about our dreams,our future. Hihihi...kemarin di kantor nyaris ada yang nyebar gosip tentang kedekatan kami. (Cuek aja, Di....gue mah udah gak mempan sama gosip!)

Sebagai penutup kami memesan Root Beer Float and Ice Cream Soda Coklat. Pesan Tiramisu tapi not available. Kami menikmati suasana hingga nyaris jam 22. Menikmati suasana, karena memang itu yang diingini Di di tempat ini. Soal makanan sih barangkali pada kondisi ‘tanggal tiris’ seperti ini Mr.Di lebih memilih makanan murah meriah. Barangkali gorengan di pinggir jalan...hiihiihi....peace, Di. So dalam seminggu ini kami berdua sudah menikmati waktu dinner di Starbucks Margo City Depok (18.02.09), Hoka Hoka Bento Menteng dan Bubur Ayam Cikini. Yang di Star Bucks lantaran Diyat dapat voucher dari Radio Delta FM sedangkan di HokBen Menteng lantaran daku kalah taruhan...

Wednesday, February 25, 2009

Telaga Seafood Restaurant, Jakarta Timur

January merupakan salah satu tahun panen di keluarga-ku berulang tahun. Setelah Dimas, Bimo dan Fajar yang berulang tahun – Dimas dan Bimo makan – makan di rumah mereka, syukuran ala tumpengan. Fajar yang tumpengan sambil nyewa villa di daerah Puncak. Maka giliran Seno yang ultah tanggal 28 January kami makan – makan di ‘TELAGA Seafood Restaurant’ yang terletak di ara Cibubur, pinggir jalan tol Cibubur.

Seperti acara makan-makan keluarga biasanya kami sangat gemuruh ramai-nya. Daku duduk di meja yang berderetan bareng Fajar, Pandu, Dimas, Seno, Sekar, Gege dan Dian. Ramai banget meja kita, karena rebutan lauk! Udang Goreng Tepung di hadapan kami dalam sekejap ludes tak berbekas. Herannya Udang Pedas Asam Manis masih dengan tenangnya utuh dihadapanku. Cemal cemil dikit aaahhh....Walaupun tidak seludes Udang Goreng Tepung, Gurame Goreng ‘gaya terbang’ juga lumayan laris di meja kami. Alhamdulillah....beberapa hari ini daku memang berharap banget bisa makan ‘Gurame Goreng Garing Gaya Terbang’! Akhirnya kesampaian juuuugggaaaa......

Menu lain yang ada di meja kami adalah : Ayam Bakar, Ikan Bakar...terus apa lagi ya? Pokoknya Karedok dan Sayur Kangkung nyaris tak tersentuh di meja kami. Maklumlah kami ini khan termasuk jenis ‘carnivora’ ;-p. Jadinya yang mengandung unsur sayur dipindahkan ke meja sebelah kami yang terdiri dari para tante, om dan ibu – anak kecilnya cuma Kany!

Selesai makan kami langsung menyerbu frezeer ice cream di dekat kami, Es Njonja Besar! Daku ambil rasa Alpukat berlapis coklat. Es model es lilin tersebut kami habiskan, pasukan keponakan langsung keluar menuju danau. Ternyata mereka menyewa Speed Boot di danau Bumi Perkemahan dan Graha Wisata Pramuka WILADATIKA Cibubur Jakarta Timur. Deeeuuh,panjang amat tuh nama padahal bisa bilang mereka ke dermaga danau yang notabene restaurant tempat kami makan itu (TELAGA Seafood Restaurant) dibangun diatas sebagian danau tersebut. Daku en Dian menyusul ke dermaga dan diminta Mas Tunggal untuk ikutan naik speed booat sambil mengawasi ‘pasukan nekad’ tersebut. Ramai banget deh....soalnya speed boot diarahkan ke dekat restaurant dan para orang tua kami melambai tangankan mereka ke kami sambil teriak-teriak dag...dag...dag...seperti kita akan berlayar ke Teluk Bayur! ;-p Spontan pengunjung restaurant yang lain melongo menyaksikan keriuhan kami, bahkan di putaran ke dua petugas restaurant memotret kelakuan kami yang heboh itu. Huuuiihh...untung speed boot-nya gak kebalik.

Back to makanan....TELAGA Seafood Restaurant menyediakan Kepiting Jantan dan Kepiting Telor (Yang ini pasti Betina) yang dapat diolah dengan beberapa resep, diantaranya lada hitam, saos padang atau saos tiram. Harga perporsi-nya Rp 57.500 s/d Rp 67.500. Selain itu ada juga Kepiting Soka.

Kalau ikan yang tersedia adalah ikan Gurame, Baronang, Kuwe dan Kerapu. Seafood lain : Cumi Cumi, Udang Peci/Galah/Pancet. Juga ada ayam (bukan ikan ayam, tapi ini real ayam yang gak bisa berenang!).

Sayur yang tersedia : Kangkung, Kailan, Brokoli,Tauge seharga Rp 12.500 s.d Rp 20.000 per-porsi. Soup-nya : Sop Asparags, Sop Jagung,Sop Buntut dan Tom Yam Seafood.

Saat ini TELAGA Seafood Restaurants terdapat di 3 lokasi, yakni : BSD City, Kota Modern Tangerang dan yang kami kunjungi bersama keluarga di Cibubur dekat SPBU Buperta Jakarta Timur dengan nomer telepon 021-8442299.

Ingin mentraktir daku??? Silakan kirimkan email atau sms ke

Review akan di-publish di blog serta /atau satu media cetak pariwisata.


Thursday, January 15, 2009

The Duck King di Hari Ke-2 Tahun 2009

Hari kedua tahun 2009. Aku, Ibu, Mas Tunggal, Mbak Rita, Sekar dan Seno nonton ‘Bedtime Stories’ di Blitzmegaplex Grand Indonesia. Selesai nonton, kami langsung menuju Fountain Show untuk menyaksikan show airmancur ala New York itu. Pamer ke ibu deh, menunjukkan bahwa Fountain Show yang biasa ibu lihat di luar negeri ternyata di Indonesia juga ada loh...hehehe...

Jam 21.15 pastinya kami lapaaarr...sedangkan ibu mengantuk! Dengan rayuan pol-polan akhirnya kami berhasil membawa ibu ke ‘The Grand Duck King’.

“Ibu duduk aja yang santai...sementara kami makan, ibu bisa minum aja.” Kataku. Kesannya kurang ajar banget yah? Hahaha...tapi emak gw emang gituh orangnya, kalau lagi nggak mau makan – beneran gak mau makan total! Btw ada miripnya juga sama si Kodok yang susah makan ;-D

Dengan sok berbakti kepada orang tua, kami menawari aneka makanan ke ibu, tapi tetap aja dengan keteguhan hati ibu gak mau mengkhianati keputusannya! Tapi daripada cengok hanya menyaksikan kita yang udah kelaparan, akhirnya ibu kita pesankan soup khusus, SOUP BURUNG DARA yang disajikan di ‘pralon’ bambu. Jadi benar-benar bambu yang dijadikan mangkuk seperti celengan zaman dahlu kala tuh. Ternyata ibu menikmati soup tersebut dengan lahap-nya, bahkan sempat menuangkan mangkuk tersebut agar isinya benar-benar ludes des des termakan.

Makanan yang aku lahap pertama adalah Pangsit Udang Goreng dengan Mayonnaise yang harganya @ Rp 16.800 ++. Ini adalah kunjungan ke-2-ku ke ‘Duck King Group’ Restaurants. Pertama aku berkunjung ke ‘Duck King’ yang berada di Plasa Semanggi. Sama seperti kunjungan pertama, kali ini kami memesan :Barbeque Double Combination, perpaduan antara bebek dan ayam barbeku yang harga perporsi-nya Rp 75.000 ,-.Beberapa menu lainnya kami pesan, diantaranya pesan Tim Gulung Kulit Tahu dengan Scallop & Jamur Shimeji yang aku aduk-aduk ternyata nggak nemu scallop en jamur shimeji-nya. Ternyata dengan tanpa izin terlebih dahulu pihak resto mengganti dengan sayuran dengan alasan habis ( please deh, besok2 kasih info dulu ke kita dooong...supaya tidak ‘menyesatkan’ ginih!)

Sesuai namanya resto ini memiliki menu andalan : Roasted Duck & Peking Duck. Yang pasti ada pilihan lebih dari 100 menu, bahkan mencapai ratusan karena terdapat ‘harga mentahan’ yang bisa dipesan (“ongkos ngolah”-nya lain lagi), diantaranya : Lobster mutiara hidup harga per-100 gram Rp 110.000 ,-, Lobster hidup per-100 gram Rp 75.000 ,- yang dapat diolah menjadi Kepala Lobster dan Cingkong dengan Sup Superior atau goreng dengan cabe garam. Kemudian Kepiting Laba-Laba Alaska 3 rasa (Daging badan kepiting Alaska, Batok Tim Telur Kepiting dan Scallop, Kering dengan Putih Telur dengan Sup Superior). Satu bahan yang sempat bikin aku melongo waktu melihat di aquarium-nya adalah : Kerang Belalai Gajah Kanada – bentuknya ‘nggak lazim’, berwarna semi kuning – malah justru mirip timun suri, diolah antara lain sebagai menu : Kerang Belalai Gajah Hidup dan Tumis Kerang Belalai Gajah Hidup dengan sayuran. Selain itu terdapat pula : Kerang Bambu Scotlandia.

Disini juga tersedia ‘tikus’ loh...hehehe, buat yang doyan tikus? Tikus bukan sembarang tikus seharga Rp 95.000,-/100 gram. Maksudnya adalah ‘Krapu Tikus Hidup’!

Kalau ngomongin soal makanan favorit, di sini terdapat soup favorit-ku sejak aku masih duduk di bangku TK, yakni : Tim Hisit Superior dengan Scallop kering, bamboo pith dan sayur yang ‘dibandrol’ Rp 258.000,-/pax (1 orang) atau Sup Hisip dengan Daging Kepiting dan Telur Kepiting seharga Rp 188.000 ,-/pax. (Peeeengggeeeeennn.....). Atau juga Nasi Goreng Siram Hisit yang perporsi-nya Rp 208.000 ,-.

Yang mau makan bubur juga bisa menikmati Bubur Abalone Ayam seharga Rp 300.000 ,-/porsi. Beneran tuh harganya! Kalau anggaran cuma Rp 30.000 ,- (plus tax) silakan aja pesan Bubur ayamnya doang.

Menu seafood-nya memang menggiurkan buat daku yang doyan mencicipi aneka makanan halal...tetapi oh tetapi sebagai supporter WWF dan hamba Allah yang diamanahi untuk menjaga kelestarian lingkungan ciptaan-Nya, mendingan daku bayar orang agar mereka tidak memakan seafood yang sangat dilestarikan itu, karena jika saja binatang laut itu musnah maka ....hiks...nanti daku malah kampanye lingkungan dah....Mendingan hubungin WWF langsung aja supaya jelas seafood apa saja yang harus kita kurangi konsumsi-nya dan apa yang sebaiknya tidak kita makan. Makanya daku mengurangi banget makan hisit asli...bukan lantaran mahalnya ;-p Masih ada hisit sintetis (Oh dunia memang penuh kepalsuan ;-p)...harganya murah meriah. Kalau hisit asli-nya sih pada saat tertentu aja, kalau pas kepepet...hehehe...

Oke, kalau ada yang mau ke resto Duck King bisa langsung dateng ke : Mall Kelapa Gading 5 (terbaru) dekat The Catwalk (paling dekat rumah juga di Pulomas, tp daku malah belum pernah makan disini .... khan masih baru ;-p), Grand Indonesia Jakarta (Nah ini yang daku kunjungi tanggal 2 January 2009), Senayan City, Imperial Chef Jakarta, Pondok Indah Mal II, Plaza Semanggi (Duck King pertama yang daku kunjungi). Di Surabaya ada di Mall Galaxy Surabaya dan di Plaza Tunjungan. Di Bandung adanya di Paris Van Java.

Oh ya, kalau pesan ‘Es Teh Tawar’ bisa di-refill loooh! (Hiiii....info tak penting ;-p Kalau ‘soup hisit’ yang bisa free refill baru tuh penting bagi daku ..;-D)